Sunday, January 12, 2014

SABDA ALAM

Rupanya, alam sudah lama mendengar rinduku
Untuk mendengarkan sabdanya dan memeluk kata demi kata
Demi menghibur pedih yang menyeruak tiap ruang dalam jiwa;
Ruang hampa dingin tak bertuan.

Selama ini, angin berusaha membisikkan suatu pesan
Yang diterjemahkan oleh caya angkasa siang pun malam
Tapi aku ini terlalu bodoh, arogan
Hatiku terletak hanya pada materi dan akal pada hedonisme
Aku lupa bahwa selama ini, harta abadi yang dicari umat manusia
Tidak berwujud, tidak bernominal dan tidak dapat dihancurkan waktu

Gusti, ajari aku agar kiranya aku dapat
Menemukan aksara yang merambat begitu dalam
Ke jantung bumi juga kulit-kulitnya
Agar aku dapat mengecap buahnya yang termanis
Dan kekallah jiwaku dalam kedamaian, juga buaian kasihMu

YANG PERTAMA

Ah, aku jadi ingat
Cinta pertamaku yang bersemayam di sirat matamu
Barangkali waktu sudah menggerogoti kenangan itu dari dirimu
Tapi aku yang dulu belajar mencinta masih ingat betul

Mungkin di ujung sana, jauh dari tempatku berpijak
Kau sudah menemukan jiwa yang hilang itu, jiwa yang lama kau cari
Atau kau masih mencari di tiap sudut, mengintip dengan penuh harap
Aku selalu mendoakanmu agar semesta memberimu yang terbaik

Aku tidak mengharapkan sosokmu kembali
Sebab ku tahu, aku ini bukanlah yang nuranimu kehendaki
Bolehlah kau caci-maki aku dengan beragam istilah
Tapi beribu terima kasih ingin kuucapkan,
Karena bunga pertama yang tumbuh subur di taman ini
Menjalar dan menggelitik berbagai misteri cinta
Atas namamu, yang baik hati

Kini, setelah sekian lama, aku pun memutuskan untuk turut mencari
Seseorang yang bisa kuajak menanggung dunia hingga akhirat
Tapi ketahuilah ini, bahwa siapapun yang takdir bawakan untukku
Kau tetaplah fondasi, prolog dari bab-bab berikutnya
Biarlah kau lupa, menjadikanku tak beridenditas
Tapi jejakmu akan selamanya membekas